PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK BARANG/JASA
Apa itu Prototype Produk?
Prototype produk adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang.
ALUR DAN PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK BARANG/JASA
Diagram Alur Proses Produksi (Production Flow Chart Diagram)
Diagram alur proses produksi ini harus dibuat secara jelas terlebih
dahulu sebelum suatu proses produksi dijalankan. Berdasarkan diagram
alur proses produksi tersebutlah pengetesan dan monitoring atas barang
dalam proses produksi (work in process) harus dilakukan agar produk
akhir bermutu sesuai dengan rencana. Seandainya timbul variasi mutu pun,
tingkat toleransinya dari penyimpan masih dalam batas-batas yang dapat
diterima. Artinya, melalui tes-tes pada berbagai tahapan proses produksi
harus dilakukan agar bila terjadi komponen atau barang yang cacat
(defect) dapat segera diketahui untuk segera ditindak lanjuti.
Masing-masing jenis industri manufaktur mempunyai diagram alur proses
produksi yang berbeda satu sama lain karena produk yang harus dihasilkan
berbeda. Bahkan untuk produk yang sejenis pun, diagram alur proses
produksinya belum tentu persis sama karena masing-masing mempunyai ciri
khas atau spesifikasi sendiri-sendiri.
Diagram alur proses produksi yang berbeda produk, misalnya diagram
alur proses produksi tekstil sama sekali berbeda dengan diagram alur
proses produksi pembuatan obat-obatan (farmasi). Akan tetapi, walaupun
sama-sama industri manufaktur farmasi (obat-obatan), diagram alur proses
produksinya dapat berbeda, misalnya yang satu berbentuk tablet,
sedangkan yang lain berbentuk cair.
Prosedur pengawasan mutu produk
Pengawasan atas mutu suatu barang hasil produksi, seyogyanya meliputi pengetahuan hal-hal berikut:
Kerusakan dan Mutu Produk
Seperti telah dijelaskan bahwa suatu barang (jasa) dibuat melalui
suatu proses. Proses pembuatan tersebut disesuaikan dengan bentuk dan
mutu barang yang ingin dihasilkan.
Mencegah atau Menghindarkan Terjadinya Kerusakan Barang (produk)
Kiat utama dari pencegahan kerusakan suatu produk sebenarnya sangat
sederhana saja, yakni kerusakan harus dicegah sebelum terjadi.
Kendali Mutu Terpadu
Uraian di atas menunjukkan bahwa mencegah terjadinya kerusakan produk
selama proses produksi, berarti mengadakan suatu rangkaian kegiatan
terpadu dalam pengendalian mutu. Bila ada pengendalian atau controlling
atas mutu tentunya harus dimulai sejak perencanaan (planning) mutu
produk bersangkutan. Antara tahap perencanaan dan tahap seperti
pengorganisasian (organizing) dan pelaksanaan (actuating) harus disertai
pengawasan mutu. Hal ini memberi gambaran bahwa manajemen mutu (quality
management) meliputi berbagai apsek keikutsertaan (participation) dari
berbagai pihak di dalam perusahaan yang menghasilkan suatu produk yang
mutunya harus dikendalikan.
Jenis-jenis pengawasan mutu produk
Pemantauan Mutu Bahan-Bahan
Apakah bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu yang
direncanakan? Hal ini perlu diamati sejak rencana pembelian bahan,
penerimaan bahan di gudang, penyimpanan di gudang, sampai dengan saat
bahan baku tersebut akan digunakan.
Pemantauan Proses Produksi
Bahan baku yang telah diterima di gudang, selanjutnya akan diproses
dalam mesin-mesin produksi untuk diolah menjadi barang jadi. Dalam hal
ini, selain cara kerja peralatan produksi yang mengolah bahan baku
dipantau, juga hasil kera mesin-mesin tersebut dipantau agar
menghasilkan barang sesuai yang direncanakan.
Pemantauan Produk Jadi
Pemeriksaan atas hasil produksi jadi untuk mengetahui apakah produk
sesuai dengan rencana ukuran dan mutu atau tidak. Sekaligus untuk
mengetes mesin yang mengolah selama proses produksi. Bila produk atau
produk setengah jadi sesuai dengan bentuk, ukuran, dan mutu yang
direncanakan maka produk-produk tersebut dapat digudangkan.
Selanjutnya dipasarkan (didistribusikan). Namun bila terdapat barang
yang cacat maka barang tersebut harus dibuang atau remade dan mesin
perlu disetel kembali agar beroperasi secara akurat.
Pemantauan Pengepakan
Bungkus dapat merupakan alat untuk melindungi barang agar tetap dalam kondisi sesuai dengan mutu.
Pemecahan masalah mutu dengan statistik
Metode statistik diketahui telah digunakan sejak lama dalam rangka
membantu perusahaan dalam masalah tertentu yang kompleks. Walaupun
demikian, metode statistik sebenarnya mempunyai ketentuan tertentu dalam
pelaksanaannya. Suatu hal yang perlu diketahui adalah bahwa dalam
industri ternyata statistik merupakan salah satu alat untuk pengendalian
mutu, termasuk dalam pencegahan kerusakan barang (defect prevention).
Alasan digunakan metode statistik dalam pengawasan mutu adalah sebagai berikut:
Menghitung jumlah kerusakan barang dalam proses produksi.
Kerusakan atau cacatnya barang, sebenamya merupakan akibat
terjadinya penyimpangan (variasi atau deviasi) dalam proses produksi.
Metode statistik dapat memberi gambaran tentang
penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Misalnya, produk yang dihasilkan dari suatu proses yang tidak
mengalami penyimpangan (deviasi), tentu saja produk tersebut tidak
mengalami kerusakan. Akan tetapi, mengingat proses produksi merupakan
kombinasi mesin-mesin dan orang-orang maka bisa terjadi kekeliruan
sehingga produk yang dihasilkan mengalami penyimpangan (deviasi). Dalam
hal yang terakhir inilah peranan statistik untuk mengurangi terjadinya
penyimpangan, yang berarti pula mengurangi kerusakan produk akhir.
Secara umum dari metode statistik dapat diperoleh suatu gambaran
tentang data sampel yang dianalisis. Gambar tersebut dapat memberikan
visualisasi dengan jelas tentang data tersebut sehingga dapat diketahui
apakah terjadi penyimpangan (kerusakan) atau tidak.
Dari hal pengendalian mutu, peranan seorang supervisor mutu sangat
berperan terutama dalam hal mengumpulkan data statistik, menganalisis,
dan menyimpulkannya. Seorang supervisor mutu dapat memberikan informasi
yang cepat dan tepat kepada pihak manajemen tentang hasil produk, apakah
di bawah atau sesuai dengan standar mutu yang direncanakan.
Alat kendali mutu
Dengan Statistic Quality Control diperoleh alat bantu kendali mutu berupa diagram dan histogram.
Diagram Pengendati Mutu (Quality Control Chart)
Dari tiap jenjang dalam DAP, Anda, dapat membuat suatu rencana kerja
pemantauan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang
direncanakan. Pada tahap ini Anda, membuat suatu control chart (diagram
pengendali) yang dapat digunakan untuk memperoleh gambar atau diagram
sebab akibat (DSA) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Cause and Effect Diagram (CED).
Histogram
Dari diagram kontrol (diagram kendali) yang dik:umpulkan secara
statistik pada berbagai tahap atau jenjang kegiatan, Anda, kemudian
dapat membuat suatu histogram mutu. Bila terdapat penyimpangan, Anda
akan mengetahui berapa besar penyimpangannya dan faktor apa yang
menyebabkannya. Selanjutnya, mungkin perlu dibuat suatu tindakan koreksi
atau. perbaikan.
Peranan Komputer
Secara umum dapat dikemukakan di sini bahwa berbagai kegiatan
pengendalian, terutama pada perusahaan besar, seyogianya menggunakan
program komputer sesuai dengan kebutuhan. Tetapi, patut Anda ketahui
bahwa komputer hanyalah merupakan alat bantu analisis. Adapun faktor
yang penting dalam pengendalian mutu, adalah manusia.
Tahapan pembuatan prototype dan kemasan produk barang/jasa
1. Tahapan pembuatan prototype
1) Tahapan prototype Sebelum mendesain produk barang atau jasa ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yakni sebagai berikut:
a) Pendefenisian produk.
Merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
b) Working Model.
Dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruahan dan di buat pada skala yang sepelunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk, dan menenmukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah di buat.Working model juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototype rekayasa.
c) Prototipe rekayasa (engineering prototype).
Dibuat seperti halnya working model, namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototype produksi atau untuk dilanjutkan pada tahap produksi. Prototype rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja opersioanal dan kebutuhan rancangan system produksi.
d) Prototipe produksi (production prototype).
Bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan partnya.
e) Qualifield production item.
Dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear),
pelanggaran, siklus breakeven dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.
f) Model.
Model merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look– like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user
2) Tahapan Desain kemasan
Agar kemasan terlihat menarik harus dirancang dan dibuat sebaik mungkin, dalm merancang atau merencanakan pembuatan suatu kemasan sebaiknya kita memperhatikan hal-hal seperti berikut ini:
a) Kesesuaian antara produk dengan bahan pengemasnya Maksudnya adalah dalam menentukan bahan pengemas kita harus mempertimbangkan produk yang kita miliki.Jika produk kita berbentuk cairan seperti jus atau sirup, kita bisa memilih bahan pengemas seperti botol atau gelas plastic.Jika produk kita berupa makanan kering seperti kripik, kerupuk, atau yang lainnya kita bisa menggunakan plastic transparan dan lain sebagainya. Plastic dapat digunakan sebagai kemasan primer sekaligus dengan labelnya, juga bisa dimasukkan kedalam kemasan lain seperti dus kertas sebagai kemasan sekunder.
b) Ukuran kemasan dan ketebalan bahan kemasan Ukuran kemasan berkaitan dengan banyak sedikitnya isi yang diinginkan, sedangkan ketebalan berkaitan dengan keawetan dari produk yang ada
Figure 1 Kemasan Sariwangi Sumber:https://edugrafisdesain.wordpress.com
didalamnya.Jika produknya sangat ringan seperti kerupuk sebaiknya kemasan dibuat dalam relative besar.
c) Bentuk kemasan Agar kemasan menarik bentuk pengmas bisa dirancang dalam bentuk yang unik tergantung dari kreativitas perancangnya.Misalnya kemasan dus kertas bisa dibuat seperti tabung, kubus, balok, trapezium atau bentuk-bentuk lainnya.